Kuliner Bogor
Co-Laboreat, Tempat Ngopi yang Menyediakan Arena Co-working di Bogor
Co-Laboreat di Bogor bukan hanya tempat ngopi dan makan-makan, melainkan juga menyediakan tempat untuk co-working dan meeting bagi pebisnis pemula.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
"Jadi para enterpreneur pemula, pebisnis bisa bekerja dengan nyaman, karena di tempat kami memiliki koneksi internet berkecepatan tinggi," kata Suryadi.
Co-Laboreat juga tak lupa menyediakan ruang rapat, yang bisa digunakan untuk pertemuan bisnis.
Ruangan untuk bekerja itu terletak di lantai dua, dengan nuansa yang lebih ceria dan kekinian.
Meski gedungnya berlantai dua, namun bagian atapnya juga digunakan untuk menampung tamu.
Ruangan rooftop itulah yang bisa digunakan komunitas masyarakat untuk menggelar acara. Tapi sepertinya lebih cocok untuk acara sore dan malam hari, karena terlihat lebih cantik dengan dekorasi lampu-lampunya.
Di lantai ini ada karya seni mural yang keren untuk foto-foto, dan dipajang di sosial media.

Kopi dan pasta
Nah, hari itu saya datang bukan ingin bekerja tapi mau ngopi dan makan-makan bersama Ika dan Janur. Sudah lama kami tak bersua gara-gara pandemi Covid-19.
Saat melihat menu kopinya, saya langsung tahu apa yang akan saya pesan, yakni Flat White.
Minuman espresso base itu memang favorit saya. Apalagi setelah berbulan-bulan tidak jajan ke kafe karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sehingga hanya bisa meneguk kopi instan sachet-an yang dibeli secara daring.
Namun kemudian saya mengalami dilema, karena ada menu minuman espresso base lainnya yang belum pernah saya lihat di kafe lain.

Menurut Aldo, sang barista Co-Laboreat, minuman asli racikan Co-Laboreat adalah Thicky Milky Coffee, sehingga tak akan ditemukan di tempat lain.
Daripada kelamaan bingung, akhirnya saya pesan Flat White dan Thicky Milky Coffee itu. Pertimbangannya, kedua minuman itu mengandung susu cukup banyak sehingga rasanya tak akan membuat saya sulit tidur.
Sementara Ika tertarik dengan Jamaican Rum Coffee, dan Janur memilih teh hijau. Dia memang tak suka kopi, tapi ngajak ketemu di kafe.
Untuk makannya, kami memilih pasta dan mie. Ketika itu Co-Laboreat baru memiliki dua menu itu, karena mereka baru beroperasi sepekan.
Selain itu, kata Suryadi, mereka memang fokus ke kopi dulu, sehingga menu makanan akan dikembangkan kemudian.
Untuk menu kopi, selain menuman espresso base Co-Laboreat menyediakan menu manual brew juga. Pilihannya dari V60, Chemex, Kalita Wave, Japanese, dan tentu saja Tubruk.
Ada pula menu cold brew yang saat ini sudah wajib ada di kafe-kafe.
Flat White datang duluan karena memang paling mudah proses pembuatannya. Begitu seruputan pertama memenuhi mulut, aduh...rasanya enak sekali.
Gurihnya susu dan rasa khas kopi yang pahit tapi enak itu berpadu dengan akrab di rongga mulut, tanpa saling menjatuhkan. Itulah Flat White di mulut saya, sehingga ia menjadi favorit.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!