Pendakian Gunung Aconcagua
Sepuluh Tahun Pendakian Gunung Aconcagua (2): Aconcagua Mulai Muncul dan Menunjukkan Watak Aslinya
Max Agung Pribadi mulai merasakan watak asli Gunung Aconcagua yangbengis, dengan hujan salju dan angin kencang menderu-deru.
Keluar aslinya
Di Plaza Argentina itu rencananya kami menghabiskan waktu dua hari untuk beraklimatisasi, atau penyesuaian tubuh dengan ketinggian.
Acara harian diisi dengan berjalan-jalan di sekitar base camp, naik turun bukit.
Di base camp itu pula saya mulai mengalami gunung ini menunjukkan watak aslinya. Cuaca keras datang setiap hari.
Angin kencang disertai hujan salju selama tiga hari memaksa kami menambah waktu sehari di base camp.
Kami lewatkan malam Tahun Baru di tenda besar bersama pendaki dari berbagai negara.
Ada yang memasang musik keras-keras, berjoget sambil bersulang dengan bir.
Malam pergantian tahun itu angin bertiup keras di luar tenda. Suhu anjlok sampai minus 20 derajat Celcius, dan paginya salju turun menutupi tenda. Semua memutih.
Dilarang mendaki
Hari kedua di base camp kami menjalani pemeriksaan di tenda klinik. Dokter Gabriella memeriksa tekanan darah, penampakan fisik seperti pupil mata, paru-paru, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah.
Dalam beberapa menit hasilnya langsung keluar. Sungguh mengejutkan bagi tim, Frans dan Janatan dinyatakan tidak boleh melanjutkan pendakian karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan.
Menurut dokter, ada bunyi yang tak biasa saat dia memeriksa paru-paru Janatan. Pemuda yang waktu itu berusia 22 tahun tersebut tidak diizinkan mendaki sama sekali.
Sedangkan Frans disarankan untuk menunda pendakian, dan keesokan hari diperiksa lagi.
Setelah berunding, tim memutuskan tetap melanjutkan pendakian untuk memindahkan logistik ke Camp I dan seterusnya, sambil menunggu keadaan Frans membaik.
Tukang urut dari Kabanjahe
Maka tanggal 2 Januari 2011 kami mulai pendakian untuk menimbun logistik ke Camp I, di ketinggian 4.700m dpl.
Mulai dari base camp itu kami sudah harus memakai double boot, sepatu khusus pendakian gunung salju.
Sesuai namanya, sepatu itu terdiri dari dua bagian. Bagian dalam seperti sepatu biasa dengan material khusus yang lembut namun kua, dan mampu menjaga panas tubuh supaya kaki tetap hangat.
Bagian luar berupa sepatu lebih besar berbahan plastik, dan memiliki tepian beralur untuk dipasangi crampon atau cakar es.
Selama tiga hari di base camp saya mencoba membiasakan diri dengan sepatu double boots.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!