Wisata Jakarta
Di Makam Pangeran Jayakarta Bisa Ziarah Sekaligus Belajar Sejarah
Makam Pangeran Jayakarta di Jatinegara Kaum adalah salah satu destinasi wisata religi dan sejaran di Jakarta.
"Ada 5 makam, anak, cucu dan kerabatnya. Kemudian di sekitarnya merupakan keturunannya. Itu bukan makam umum tapi makam keluarga," kata Ketua Masjid Jami Assalafiyah, Suhendar, Kamis (15/4/2021).
Pangeran Sageri
Makam Pangeran Sageri, yang berada tak jauh dari makam Pangeran Jayakarta, memperlihatkan bahwa dia seorang tokoh yang berjasa.
Apa peran penting pangeran ini, sehingga layak dimakamkan di dekat Pangeran Jayakarta?
Hal pertama yang dilakukan Pangeran Jayakarta, ketika dia tiba di hutan jati pada tahun 1619, itu ialah membangun sebuah masjid.
Kala itu, Pangeran Jayakarta meminta Pangeran Sageri yang mengatur pembangunan rumah ibadah tersebut.
Masjid yang selesai dibangun pada tahun 1620 itu kemudian dinamai Jami Assalafiyah oleh keturunan Pangeran Jayakarta. Artinya "tertua"
Meski dibuat sederhana, masjid tersebut cukup dikenal oleh pengikut dan warga setempat.
Peran masjid tersebut bukan hanya sekadar tempat syiar agama Islam, melainkan juga untuk mengatur strategi perang melawan Belanda.
Kelemahan Pangeran Jayakarta
Suhendar menceritakan, waktu baru dikalahkan bala tentara Jan Pieterszoon Coen, seorang pengikut Pangeran Jayakarta disandera oleh musuh.
Siksaan demi siksaan terus didapatkannya, untuk memaksanya membocorkan kelemahan Pangeran Jayakarta kepada VOC.
"Pada akhirnya pengikutnya cerita karena tak tahan siksaan, Pangeran Jayakarta itu kelemahannya pakai najis, misalnya najis manusia, tulang babi, dan sebagainya," kata Suhendar.
Akhirnya saat perang terbuka kembali, Pangerang Jayakarta dipukul mundur dan membuat benteng pertahanan baru di kawasan Jatinegara Kaum.
Di tengah perjalanan ke Jatinegara Kaum, Pangeran Jayakarta terus mengelabui Belanda. Mulai dari melemparkan jubahnya ke sebuah sumur, hingga kembali menggunakan nama aslinya, Achmad Djakerta, ketika tiba di kawasan Jatinegara Kaum.
Wasiat
Selanjutnya, ketika wafat di tahun 1640, dia menitipkan wasiat kepada keturunannya agar tak seorang pun mengetahui letak makamnya.
"Sebelum meninggal dunia, beliau berwasiat kepada anak cucunya, 'Kalau saya meninggal jangan diberi tahu kepada siapapun sepanjang Belanda masih di Indonesia'," kata Suhendar.
"Makanya orang di sekitar sini enggak tahu ada makam Pangeran Jayakarta, sebab wasiatnya begitu. Anak cucunya enggak ada yang beritahu. Kalau ada yang memberitahu akan kualat," lanjutnya.
Namun seiring berjalannya waktu, lokasi makam Pangeran Jayakarta menjadi cagar budaya dan banyak dikunjungi peziarah.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!