Wisata Sepeda
Bersepeda Menyusuri Salak Loop 2: Bertemu Mansur, Satu-satunya Pemuda Cikidang yang Bersepeda
Bertemu teman dan hujan deras yang menguji mental mewarnai perjalanan sejauh 226 km mengelilingi kaki Gunung Salak.
Lupa foto
Hujan turun menggantikan terik mentari, yang sebelumnya menemani kami mendaki sampai kawasan ini. Basuhan air dari langit terasa menyegarkan sekali.
Lepas dari kebun teh, kami pindah punggungan besar. Kini di sebelah kanan terhampar pemandangan lepas ke arah Gunung Halimun yang berlapis-lapis.

Setelah pindah punggungan, jalan mendaki berpagar tebing di sebelah kiri dan jurang di sebelah kanan.
Semua sibuk menekuni tanjakan hingga lupa melihat sekeliling.
Saya sudah ingatkan untuk melihat sekeliling, menikmati perjalanan jarak jauh di suatu kawasan.
Jalanan menikung berpagar besi di atas lereng itu merupakan salah satu titik paling tepat, untuk menikmati indahnya pemandangan gunung yang mengampar luas dari ketinggian. Terlalu sayang untuk dilewatkan.
“Wah, sepertinya harus kembali ke sini lagi untuk berhenti di titik itu,” tutur Fadrian, yang terlihat menyesal melewatkan titik itu tanpa berhenti dan berfoto.
Hujan deras kini mengguyur bumi. Kami meluncur menembus angin dingin yang menerpa baju yang basah kuyup.
Dua tanjakan di Gunung Kendeng menutup pendakian si tengah hujan hari itu.
Dari Cipeuteuy kami tinggal meluncur turun ke arah Kabandungan.
Pemandangan kini berhanti dengan jalur jalan yang diapit pohon-pohon besar.
Jalanan menurun landai meliuk-liuk mengikuti lembar besar Sungai Citarik di sebelah kanan. Terkadang jalan menanjak landai lalu turun lagi.
Selepas Klapanunggal sudah pukul 16.00. Badan letih dan kedinginan membuat warung bakso di pojokan tikungan menjadi tempat yang pas untuk memperbaiki keadaan.
Sebelum melanjutkan perjalanan, Vary sempat melumasi rantai yang mengering karena tanah dan kotoran. Lainnya mempersiapkan lampu-lampu untuk perjalanan malam.
Ujian mental
Tak lama kami meluncur turun sampai Parung Kuda, dan bertemu Jalan Raya Bogor-Sukabumi.
Hari kembali menjadi gelap. Hujan deras menyergap lagi di kawasan Caringin, namun kami terus berjalan menembusnya.
Semakin lama semakin deras disertai petir dan angin kencang, sehingga kami putuskan berhenti di sebuah minimarket, yang di halamannya ada penjual susu jahe.
Hampir setengah jam kami berhenti menunggu hujan reda. Saat kembali mengayuh, angin dingin yang membuat badan mengigil sempat menguji semangat.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!