Wisata Ramah Lingkungan
Semakin Banyak Warga Jerman Pilih Kereta Api Dibandingkan Pesawat Terbang
Tren wisata ramah lingkungan sudah digadang-gadang akan semakin kencang di tahun 2020. Terutama di negara-negara maju.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Aksi
Para pengamat dan pelaku industri transportasi di Jerman berpendapat, banyak faktor yang membuat
penurunan penerbangan tadi. Termasuk harga minyak yang mahal dan keselamatan penerbangan.
Kasus jatuhnya dua pesawat Boeing 737 Max (Lion Air dan Ethiopian Airline) menyumbang ketakutan itu.
Namun faktor perubahan perilaku masyarakat, menjadi lebih peduli lingkungan, juga tak bisa diabaikan.
Satu peristiwa yang dipercaya mendorong masyarakat Jerman berubah adalah bencana kekeringan pada musim panas 2018, yang membuat petani di Jerman menjerit.
Mereka ramai-ramai meminta bantuan keuangan dari pemerintah, karena mengalami gagal panen.
"Menurut saya, ini adalah bukti bahwa kesadaran masyarakat akan perubahan iklim sudah berubah menjadi aksi," kata Stefan Goessling, pengajar mata kuliah ekonomi transportasi di Linnaeus University, kepada reporter Bloomberg.
Perubahan perilaku ini dipercaya juga didorong aksi Greta Thunberg, seorang remaja aktivis lingkungan
asal Swedia.
Dia sama sekali tak menggunakan pesawat terbang saat menempuh perjalanan dari Swedia ke kota Davos di Swiss pada Januari 2019, untuk menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum.
Perjalanan selama 65 jam di kereta api itu berhasil mengurangi 200 kilogram polusi CO2.
Dari tindakan Greta itu muncul istilah Greta Effect, untuk menjelaskan beralihnya masyarakat dari pesawat terbang ke kereta api.
Industri penerbangan
Situasi ini bukan tak mendapat perhatian dari industri penerbangan. Saat ini mereka sedang berusaha
mengurangi emisi karbon menjadi setengahnya dari kondisi saat ini pada tahun 2050.
Saat ini, perusahaan penerbangan sudah berhasil meningkatkan efisiensi bahan bakar sampai 1,5 persen.
"Yang menjadi musuh itu karbon, bukan terbang. Tujuan kami adalah membuat industri penerbangan menjadi industri berkelanjutan," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal International Air Transport
Association (IATA).
Lalu bagaimana di Indonesia? Pada tahun 2019 kemarin memang terjadi peningkatan pengguna kereta api dan bus antar kota antar provinsi.
Hanya saja, fenomena itu sepertinya bukan didorong kesadaran lingkungan, melainkan kesadaran ekonomi, akibat kenaikan tarif penerbangan yang signifikan.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!