WARTA KOTA TRAVEL -- Jalan-jalan ke Rangkasbitung kini bisa pulang membawa oleh-oleh jahe, bahkan jahe merah.
Bahkan sudah ada produk minuman jahe merah, yang merupakan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) setempat.
Jahe dan produk jamu memang sedang naik pamornya setahun belakangan ini. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pandemi Covid-19.
Kini hampir setiap orang ingin sistem imunitasnya tinggi supaya tidak tertular cirus Corona 2, dan produk herbal menjadi pilihan.
Salah satu obat herbal yang dicari orang adalah jahe merah, karena dipercaya memiliki khasiat meningkatkan kekebalan tubuh.
Maka tak mengherankan bila Gubernur Banten, Wahidin Halim, mengonsumsi minuman herbal jahe merah demi menjaga imunitas tubuh di tengah pandemi Covid-19.
Apalagi produk tersebut berasal dari pertanian dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal Banten.
Produk lokal
Uniknya, cara Wahidin mempromosikan minuman ini adalah dengan berjemur. Jadi, di bawah sinar matahari yang hangat, Gubernur Banten ini menyeruput minuman jahe merah dengan nikmat.
"Saya kedatangan petani dan pengusaha muda asal Lebak yang sedang memproduksi Jamu Jahe Merah AMH, yang berlokasi di Jalan Raya Rangkasbitung - Pandeglang KM 6,5 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten," kata gubernur yang akrab disapa WH ini, Kamis (18/2/2021).
Bahkan, kata Wahidin, produksi pengusaha Lebak tersebut membutuhkan belasan ton jahe merah dalam sehari.
"Produksinya saat ini sekitar 18 ton per hari. Ini potensi luar biasa dan peluang bagi para petani jahe untuk mengembangkan tanamannya, tanpa bingung menjual hasil panennya. Soalnya pabrik di Lebak ini masih sangat membutuhkan pasokan bahan baku jahe merah," ucap Gubernur.
Wahidin meminta semua pihak memberikan dukungan bagi para pengusaha dan petani, khususnya petani jahe merah karena memiliki potensi yang bagus di tengah pandemi ini.
"Pengusaha ini ngambil dari daerah lain, kekurangan bahan dari Banten sendiri. Jadi bisa kita semangati para petani Banten ini," kata Wahidin.
Beralih ke jahe
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid, mengatakan minat petani dan masyarakat di Banten untuk menanam jahe meningkat selama masa pandemi Covid-19. Jahe merah termasuk yang mengalami peningkatan cukup tinggi.
"Tiga daerah yang paling banyak menanam jahe ialah Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Kabupaten Serang. Kami mengapresiasi inisiatif masyarakat, yang mulai banyak menanam jahe karena memang nilai jualnya cukup bagus," katanya.
Agus menambahkan, para petani yang berminat atau sedang mengembangkan tanaman jahe merah dalam skala lebih besar, bisa memanfaatkan bantuan permodalan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) lewat perbankan.
Selain itu, Dinas Pertanian juga bisa membantu dalam upaya pemasarannya.
"Jahe termasuk golongan tanaman biofarmaka. Makanya selama pandemi ini, minat masyarakat untuk mengonsumsi tanaman ini juga meningkat," kata Agus.
Untuk Kabupaten Lebak, tambah Agus, memang sangat potensial mengembangakan tanaman Jahe merah.
Sentra jahe Kabupaten Lebak
Data yang ada memperlihatkan, pada tahun 2020 luas lahan panen tanaman jahe di Lebak mencapai 323.951 hektar, dengan total produksi panen sebanyak 619,362 kuintal.
Dengan sebaran paling banyak berada di Kecamatan Leuwi Damar, dengan luas tanam seluas 267.725 hektar dan produksi panen sebanyak 483,500 kuintal.
Disusul berturut-turut Kecamatan Malingping dengan luas tanam seluas 10.500 hektar dan hasil produksi sebanyak 28.000 kuintal, Kecamatan Banjarsari sebesar 4.800 hektar luas tanam dengan hasil produksi panen 15.800 kuintal, Kecamatan Cijaku 4.380 hektar dengan produksi panen sebanyak 16.964 kuintal, dan beberapa Kecamatan lain yang nilainya lebih kecil. (Andika Panduwinata)
Sentra pertanian jahe di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten:
1. Kecamatan Leuwi Damar Luas tanam 267.725 hektar Hasil panen 483,500 kuintal.
2. Kecamatan Malingping Luas tanam 10.500 hektar Hasil panen 28.000 kuintal.
3. Kecamatan Banjarsari Luas tanam 4.800 hektar Hasil panen 15.800 kuintal.
4. Kecamatan Cijaku Luas tanam 4.380 hektar Hasil panen 16.964 kuintal.