Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Bepergian di Masa Pandemi Covid-19: Because You Matter adalah Cara Garuda Mengingatkan Jaga Jarak

Penulis: AC Pinkan Ulaan
Bentuk menjaga jarak yang diterapkan Garuda Indonesia di pesawat tipe A330-300.

WARTA KOTA TRAVEL -- Setelah berbulan-bulan memendam keinginan naik pesawat terbang lagi, akhirnya keinginan saya itu terwujud dengan perjalanan ke Bali ini. 

Petugas dari Garuda Indonesia telah mengumumkan agar para penumpang untuk tujuan Denpasar agar bersiap, karena akan segera dinaikkan ke pesawat.

Proses masuk ke pesawat berlangsung tertib dan sesuai gerakan 3M, karena penumpang disiplin menerapkan pembatasan jarak dengan berdiri di marka yang sudah ditentukan.

Pengumuman imbauan menjaga jarak saat naik ke pesawat. (Warta Kota/AC Pingkan)

Mungkin karena mereka penumpang Garuda ya, sehingga memang sudah tersaring sejak tahap membeli tiket pesawat.

Pembatasan penumpang

Rupanya penerbangan ke Bali pada Jumat siang itu menggunakan pesawat Airbus A330-300, dengan konfigurasi tempat duduk 2-4-2 di kelas ekonomi.

Sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan Indonesia, operator transportasi umum harus mengosongkan beberapa kursi demi terciptanya jarak antar-penumpang.

Untuk pesawat berbadan lebar itu, kursi yang dikosongkan adalah barisan di lorong dekat jendela, serta dua kursi di barisan tengah.

Dengan begitu, satu baris yang yang tadinya biasa diisi 8 penumpang kini hanya diisi 4 orang. Dengan begitu pengurangan kapasitas sampai 50 persen di kelas ekonomi.

Saya tidak tahu bagaimana pembatasan jarak di kelas bisnis pada masa pandemi ini, karena saya kan enggak duduk di kelas bisnis.

Because You Matter adalah slogan Garuda Indonesia untuk ajakan menjaga jarak fisikal. (Warta Kota/AC Pingkan)

Because You Matter

Untuk menandai kursi yang tidak boleh diduduki, Garuda menggunakan warna berbeda untuk secarik kain pelapis kepala.

Kursi yang boleh diduduki dipasang kain warna biru, dengan logo maskapai pelat merah Indonesia itu.

Sementara di ursi yang tidak boleh diduduki dipasang kain berwarna oranye. Di atasnya ada tulisan "Because You Matter" lengkap dengan tanda pagar.

Rupanya itulah cara Garuda mengingatkan penumpangnya akan protokol menjaga jarak fisikal, selama masa pandemi ini.

Slogan "Because You Matter" itu, menurut saya, akan lebih berpengaruh ke hati manusia, dibandingkan sekadar memasang tanda X warna merah.

Tampaknya "Because You Matter" ini melengkapi kampanye Garuda untuk disiplin mengenakan masker.

Dalam kampanye itu ada 5 pesawat Garuda yang "menggunakan" masker di hidungnya. Sayangnya penerbangan saya ke Bali tidak menggunakan salah satu dari lima pesawat itu.

Saat meluncurkan pesawat bermasker pada awal Oktober lalu, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyatakan bahwa Garuda ingin membantu Pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di kehidupan sehari-hari.

Filter HEPA

Ajakan untuk melaksanakan protokol kesehatan kembali disampaikan pada waktu penyampaian pengumuman, ketika pesawat sedang taxiing.

Disebutkan pula informasi bahwa pesawat yang saya tumpangi itu sudah menggunakan filter HEPA di sistem sirkulasi udara di kabin, sesuai anjuran International Air Transport Association (IATA).

Filter jenis ini memiliki jaring yang sangat rapat, sehingga dapat menangkap partikel-partikel sangat kecil, termasuk si virus corona 2, sampai 99,95 persen.

Karena itu filter HEPA wajib digunakan di rumah sakit, yang memang banyak kumannya.

Setelah wabah Covid-19 merebak, filter ini juga digunakan di pesawat udara komersial, mengingat sirkulasi udara di kabin pesawat sangat rentan penyebaran virus.

Pilot juga mengumumkan bahwa ruangan kabin dibersihkan mengunakan cairan disinfektan setiap tiba di bandara tujuan, sehingga penumpang berikutnya akan mendapatkan kabin pesawat yang bersih dan steril.

Pramugari Garuda Indonesia menggunakan sarung tangan plastik, yang merupakan salah satu protokol kesehatan Garuda Indonesia di masa pandemi Covid-19. (Warta Kota/AC Pingkan)

Sarung tangan

Setelah pesawat sudah di udara, dan waktunya penumpang diberikan penganan, terlihat para pramugari yang bertugas mengenakan sarung tangan karet saat membagikan penganan kepada para penumpang.

Sementara sebelumnya, saat mereka membantu mengangkat bagasi jabin penumpang, para awak kabin mengenakan sarung tangan dari plastik yang bisa langsung dibuang setelah pintu pesawat sudah ditutup.

Imbauan mengenai protokol kesehatan dan sanitasi kembali disampaikan kepada penumpang, ketika saya mengakses in-flight entertainment.

Kesannya memang bola-baleni kata orang Jawa, alias berulang-ulang.

Namun apa boleh buat, pandemi Covid-19 ini memang dahsyat dampaknya bagi masyarat dan semua negara di dunia, sehingga harus dicegah agar tidak memberi dampak yang lebih buruk lagi.

Menyampaikan informasi secara berulang-ulang itu adalah metode internalisasi informasi, dengan tujuan agar nantinya protokol kesehatan, terutama yang 3M menjadi perilaku yang otomatis dikerjakan setiap orang.

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Ngurah Rai memeriksa Health Alert Card para penumpang yang baru datang, Jumat (6/11/2020). (Warta Kota/AC Pingkan)

Periksa eHAC

Setelah 1 jan 37 menit di udara, akhirnya GA0408 yang saya tumpangi itu mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali.

Menjelang pintu keluar, saya harus melewati pemeriksaan kesehatan lagi. Periksa suhu tubuh lagi, dan hand sanitizer lagi.

Lalu ada petugas KKP bandara setempat memindai QR code eHAC di ponsel saya, baru setelah itu saya boleh keluar dari area Terminal Kedatangan.

Nah, itulah pengalaman saya bepergian dengan pesawat udara di masa pandemi Covid-19.

Prosesnya memang lebih panjang dari sebelum wabah virus corona 2 ini merebak, namun ternyata tidak merepotkan seperti dugaan saya semula.

Asal kita mengikuti arahan petugas dan pengumuman yang tersebar di bandara, serta disiplin melakukan protokol kesehatan, perjalanan akan lancar dan tetap menyenangkan kok.

Sumber: Warta Kota