Varian Delta yang Berjangkit dari Karaoke di Singapura Mirip Virus Kasus Impor dari Indonesia
Singapura mengalami kenaikan kasus aktif Covid-19 dalam sepekan terakhir, akibat penularan di klaster karaoke dan pasar ikan.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA TRAVEL -- Virus SARS-CoV-2 ini memang benar-benar "licin", dan bisa membuat kejutan di waktu yang tidak diduga.
Setidaknya itulah yang dirasakan masyarakat Singapura, dalam sepekan terakhir ini.
Sebagaimana dilansir Channel News Asia (CNA), negeri jiran Indonesia itu tadinya sudah bisa mengendalikan kasus Covid-19 hanya satu - dua kasus baru per hari.
Namun mulai 12 Juli lalu pertambahan kasus harian mulai tinggi, dan pada Senin (19/7) tercatat ada 361 kasus aktif.
Sebagai rinciannya, 192 kasus berasal dari klaster KTV atau tempat karaoke, dan 169 kasus berasal dari klaster pasar ikan Jurong Fishery Port.
Mirip kasus impor dari Indonesia
Menurut Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, kedua klaster ini ternyata berkaitan karena keduanya memiliki jenis virus varian Delta yang sama, berdasarkan hasil pemeriksaan phylogenetic yang dilakukan para ahli di Kementerian Kesehatan Singapura.
"Secara genetik, mereka (virus) berbeda dari varian Delta yang menular di Tan Tock Seng Hospital dan Bandara Changi. Virus ini lebih mendekati dengan yang kami deteksi sebagai kasus impor dari Indonesia," kata Ong yang dikutip CNA.
Dia berjanji akan melaporkan lagi perkembangan jenis virus dari kedua klaster itu setelah penelitian virus tersebut sudah sampai kesimpulan.
Risiko bertetangga
Tak lupa Ong menyatakan bahwa Singapura akan selalu mengalami risiko ini (peningkatan kasus aktif), bila negara-negara tetangganya mengalami ledakan kasus.
Menteri Kesehatan itu juga mengingatkan bahwa jumlah kasus aktif akan terus meningkat, karena varian Delta memang lebih cepat menular.
Karaoke
Penularan di klaster KTV ini memang sedang menjadi bahan perbincangan warga Singapura, mengingat begitu banyak yang tertular. Maklum saja, 16 KTV ditengarai sebagai sumber penularan.
Untuk informasi, KTV adalah sebutan untuk tempat karaoke dengan ruangan-ruangan. Mirip dengan tempat karaoke di Indonesia.
Otoritas kesehatan setempat langsung melakukan 3T (testing, tracing, treatment), dengan melakukan tes PCR kepada 5.000 pemilik dan pekerja di karaoke-karaole tersebut.
Sebagaimana diwartakan The Strait Times, klaster karaoke ini berawal dari beberapa pemandu karaoke yang positif mengidap Covid-19.
Para pemandu karaoke itu diketahui juga bekerja di pasar ikan Jurong Fishery Port pada siang hari.
Sayangnya, menurut Strait Times, orang-orang yang beraktivitas karaoke maupun pasar ikan sama-sama tidak disiplin dalam hal memakai masker.
Menurut Strait Times, tempat karaoke di Singapura sebenarnya belum diizinkan beroperasi, karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Namun ke 16 karaoke yang menjadi tempat penularan Covid-19 itu beroperasi secara ilegal, berkedok usaha rumah makan yang memang diizinkan Pemerintah agar para pegawai tempat karaoke itu tetap bisa bekerja.
Rupanya, bukan itu saja pelanggaran yang dilakukan sejumlah KTV ini, karena tempat ini ternyata juga mempekerjakan karyawan asing yang tak memiliki izin kerja di Singapura.
Selain itu, sejunlah KTV ini juga melanggar protokol kesehatan untuk menjaga jarak fisikal antar-manusia saat berada di ruang karaoke.
Klaster pasar
Sementara pasar ikan Jurong Fishery Port dianggap sebagai asal virus untuk kasus Covid-19 yang terjadi di sejumlah pasar lain, dan komunitas masyarakat yang terkait dengan pasar.
Dalam menangani klaster ini, pihak Kementerian Kesehatan menyatakan menggunakan sistem ring dalam melakukan 3T.
Ring pertama adalah pedagang dan pekerja di pasar ikan tersebut, yang jumlahnya sampai 700 orang. Mereka semua langsung dikarantina oleh pihak otoritas kesehatan.
Ring kedua adalah adalah pedagang ikan di pasar lain yang belanja di Jurong Fishery Port, yang jumlahnya sampai 861 orang.
Selain itu ada para sopir dan kernet pengangkut barang yang mengantar atau menjemput barang di pasar tersebut.
Diperkirakan total jumlah suspek di ring 2 sebanyak 3.000 orang, yang merupakan angka rata-rata harian pengunjung pasar ikan.
Kepada suspek di ring dua ini, Pemerintah Singapura menginstruksikan agar mereka segera melakukan tes PCR, dan melakukan isolasi mandiri.
Dari sejumlah suspek di ring 2 yang sudah melakukan tes PCR, ditemukan 26 orang mengidap Covid-19.
Ring ketiga adalah pedagang ikan di pasar lain yang tidak berkunjung ke Jurong Fishery Port, namun ada kontak dengan suspek di ring 2.
Kepada mereka, Pemerintah menginstruksikan agar melakukan tes PCR sebagai tindakan kewaspadaan.
Kemudian ring 4 adalah warga yang tinggal di dekat pasar. Mereka diimbau membatasi kegiatan dan interaksi sosial.
Masker diturunkan
Sebagaimana dilansir Strait Times, sejumlah pedagang dan pekerja di pasar ikan Jurong mengaku bahwa mereka kadang lalai dalam memakai masker.
Seorang kuli angkut berusia 30-an tahun mengatakan bahwa mereka kerap kesulitan bernapas saat sedang menggotong tong berisi ikan, yang beratnya antara 100 kg sampai 120 kg, dari kios ke mobil pengangkut ikan. Karena itu para kuli sering menurunkan maskernya untuk mengambil napas.
Sementara seorang pedagang ikan mengakui bahwa para pedagang kerap berkerumun dan ngobrol sambil merokok, saat menunggu kapal nelayan dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand datang untuk menurunkan ikan.
Sudah bisa ditebak, ketika mereka merokok dan keasyikan ngobrol, tanpa sadar masker pun diturunkan.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!