Toko Kopi di Jakarta
Toko Kopi Luwak di Gondangdia, Lawas Tapi Baru
Ada rasa kepo (ingin tahu) dan tantangan untuk meracik minuman kopi sendiri, yang paling pas di lidah, bikin puas, dan yang pasti bangga.
Bila kalian keberatan dengan harga perkilonya, jangan khawatir karena kita tak musti harus beli seberat itu. Beli per ons juga tak masalah, sehingga harganya jauh lebih murah dan bersahabat.
Apalagi pelayanan Lunardi yang begitu bersahabat dengan para pembeli, membuat toko ini sangat menyenangkan.
Dia akan membuat siapapun yang datang ke tokonya, meski tadinya cuma sekadar iseng seperti saya, jadi punya ketertarikan kepada kopi.
Setiap pembeli juga dapat melihat langsung proses biji kopi digiling.
Sebelum biji kopi yang dipesan masuk ke mesin penggiling, Lunardi akan bertanya hasil gilingan yang diinginkan pembeli.
Bisa dibuat gilingan halus atau gilingan kasar. Namun Anda harus bilang dulu ya sebelum terlanjur digiling.
Setelah selesai digiling, bubuk kopi akan dibungkus rapih dengan kertas kopi berwana cokelat.
Tak ada merek apapun pada bungkusannya. Kertas dibiarkan polos sehingga menjadi ciri khas kopi dari toko ini.
Si Burung kenari
Untuk usianya yang sudah sangat tua, toko kopi Luwak menempati bangunan modern yang jauh dari kesan jadul (zaman dahulu).
Lunardi mengatakan bahwa toko kopi yang sekaligus rumahnya itu memanglah bangunan baru. Tahun 2014 toko itu resmi dibuka kembali, setelah dua tahun tutup.

Tanggal 30 Januari 2012 menjadi hari yang paling menyayat hati Lunardi, sebab toko sekaligus rumahnya termasuk korban kebakaran, akibat tabung gas yang meledak di sekitar Pasar Boplo.
Dia berhasil menyelamatkan dokumen penting, dan mesin penggiling kopi warisan ayahnya berkat bantuan dari warga setempat. Sampai sekarang dia masih berteman baik dengan orang-orang yang membantunya itu.
Berkat bantuan teman-teman serta tabungannya sendiri, toko ini kembali dibuka.
Sebelum kebakaran kopinya benama Cap Burung Kenari, namun saat dibuka kembali pasca kebakaran berganti menjadi Luwak.
"Dulu kan Daddy saya suka burung kenari, jadi namanya cap burung kenari. Sekarang era si Burung Kenari sudah usai, waktunya si Luwak" kata pria kelahiran 1957 itu.
Nama luwak dipilihnya karena sedang populer sehingga diharapkan akan membawa hoki.
Meskipun kiprah kopi giling Boplo sudah tak cemerlang seperti dulu, namun Lunardi tak pernah absen untuk berjualan setiap hari kecuiali hari Minggu, karena itu hari liburnya.
"Dalam sehari ada saja yang datang membeli beberapa kilo, meskipun tak seramai dulu. Omset tak menentu. Kalau lagi sepi ya saya baca buku-buku saya ini saja. Namanya juga jualan ya harus sabar. Pintu rezeki kan pasti akan terbuka kalau kita ikhlas" tandasnya.
Berkunjung ke toko kopi milik Lunardi membuat saya jadi berpikir bahwa jiwa dari pasar Boplo yang dulu sangat populer tetap ada hingga sekarang.
Hanya wajahnya yang berubah. Seperti halnya toko kopi Burung Kenari yang berganti nama menjadi toko kopi Luwak, nama pasar Boplo juga berganti menjadi Pasar Gondangdia.
Mereka tetap hidup hanya saja dengan wujud yang berbeda.
Toko kopi luwak
Jl. Srikaya I No.25, RW.6, Kb. Sirih, Kota Jakarta Pusat.
Dekat stasiun Gondangdia, berada di sisi kiri pasar Gondangdia.
Jam operasional:
Senin-Jumat, Pukul 06.30-16.00 WIB
Sabtu , Pukul 06.30- 12.30 WIB
Transportasi.
- menggunakan bus Transjakarta
1. Bus Transjakarta jurusan senin-Lebak Bulus. Turun di Halte bayangan stasiun Gondangdia.
2. Bus Transjakarta jurusan Stasiun Tanah Abang-Stasiun Gondangdia. Turun di Halte bayangan stasiun Gondangdia.
- Menggunakan kereta commuter line, turun di stasiun Gondangdia.
• Phoenam, Kedai Untuk Penikmat Kopi Toraja dan Ngobrol di Jakarta
• Es Kopi Kenangan Mantan Bikin Jay Z dan Serena Williams Investasi ke Kopi Kenangan
• Wisata Jalan Kaki Pecinan Jatinegara 2: Bakmie Jackie Langganan Pengunjung Pasar Jatinegara